• Posted by : Pahlevi-Kun Jan 3, 2017


             Di artikel ini, saya akan kembali mencoba mengambil materi langsung dari pengalaman pribadi yang saya alami. Saya berpikir bahwa apa yang saya alami tersebut dapat dijadikan sebagai bahan kajian. Tentu saja saya akan mengambil beberapa materi sebagai bahan referensi.

    Di zaman modernisasi seperti sekarang, manusia sangat bergantung pada teknologi. Hal ini membuat teknologi menjadi kebutuhan dasar setiap orang. Dari orang tua hingga anak muda, para ahli hingga orang awam pun menggunakan teknologi dalam berbagai aspek kehidupannya. Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang hidup dalam lingkungan global, maka mau tidak mau juga harus terlibat dalam maju mundurnya penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya untuk kepentingan bangsa sendiri. Sebagai negara yang masih berkembang, Indonesia dianggap belum terlalu maju dalam penguasaan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada beberapa indikator yang membuktikan rendahnya tingkat teknologi di Indonesia, seperti kurangnya kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor industri, sinergi kebijakan masih lemah.

    Hal tersebutlah yang membuat rendahnya penguasaan teknologi di Indonesia menjadi sebuah peluang usaha. Contohnya banyak universitas yang membuka perkuliahaan jurusan teknologi, komputer, dan sebagainya. Menurut saya pribadi yang sudah berkuliah di jurusan komputer selama hampir 4 tahun, materi yang didapat dalam perkuliahan sendiri sebenarnya tidak dipakai jika kita ingin membuka peluang usaha sendiri dalam bidang teknologi, materi yang cenderung ketinggalan zaman membuat saya dituntut untuk belajar mengenai teknologi secara otodidak, mungkin dosen saya sendiri juga tidak mengerti tentang teknologi terkini terlepas dari materi text-book yang dikuasainya.

    Lalu, rencana bisnis seperti apa yang akan saya lakukan? Saat ini saya sudah melakukan sebuah bisnis IT dalam sebuah startup, jadi bisa dibilang sudah tidak rencana saja. Apa yang saya rasakan saat memulainya? Saat memulainya banyak orang yang memang tidak mengerti teknologi sehingga harga yang saya tawarkan bisa dinaikan, walaupun pelanggan saya adalah seorang mahasiswa IT. Jadi apa sebenarnya usaha saya? Usaha saya bergerak dalam bidang jasa, dan produk utamanya adalah mengerjakan apa yang client saya inginkan. Misalkan membuat sebuah aplikasi berbasis Android dengan sebuah web admin, menurut saya hal tersebut cenderung sudah umum dikerjakan dan biasa tetapi menurut client hal tersebut sangatlah sulit direalisasikan sehingga disini saya bisa menuntuk bayaran yang tinggi, anggaplah biaya sebesar Rp. 25.000.000,- untuk pembuatan project tersebut. Mungkin bagi sebagian orang angka tersebut sangat mahal terlebih bagi seorang mahasiswa, tetapi bagi saya angka tersebut sudah umum dan cenderung kecil untuk sektor jasa pembuatan seperti itu. Dari sinilah saya bisa membiayai kuliah saya walaupun kadang harus dicicil, membiayai kursus yang nyatanya bagi saya sendiri useless karena terkesan dipaksakan, dan biaya yang lainnya.

    Lalu bagaimana saya menjalankan usaha tersebut? Darimana asalnya tawaran yang masuk? Oke, semuanya tidak datang begitu saja. Usaha tersebut saya lakukan dengan mencari client yang menginginkan menggunakan jasa saya. Caranya dengan menggunakan sebuah website yang berisi para pencari pekerjaan, darisitu saya bisa berhubungan dengan client yang ingin dibuatkan sesuatu. Lalu, saya dapatkan juga dari proses tender yang dilakukan oleh beberapa instansi, biasanya project yang saya terima dari jalur ini cenderung lebih besar biaya pembuatannya. Terakhir biasanya saya mendapat project langsung kepada saya karena mengetahui atau dikenalkan dari rekan bisnis sebelumnya. Jika semua tawaran sudah masuk, hal selanjutnya yang saya lakukan adalah mengadakan meeting dengan client, meeting tersebut ditujukan untuk mengetahui tujuan, visi, dan misi dari client tersebut. Setelah saya sepaham dengan client maka saya harus mempelajari model bisnisnya sehingga nantinya saat saya sudah mengerjakan project dari client, saya masih dapat membuat client tersebut berhubungan dengan saya, saya masih dapat mendapat bayaran dari project tersebut. Misalkan dengan membuat perjanjian kontrak pembayaran lalu dalam kontrak tersebut dalam 1 tahun saya masih mendapat 3% keuntungan client, dan banyak jenis model bisnis lainnya yang saya terapkan tergantung dari kondisi client yang saya hadapi.

    Setelah itu, saya mencari dasar hukum yang ada dan melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU diatas materai, dilanjutkan melakkan pembayaran Down Payment sebesar 30% dari total biaya, lalu proses pengerjaan pun dilakukan. Saat proses pengerjaan dilakukan, client dapat memantau sampai mana progress yang sudah berjalan. Dan jika produk yang diinginkan oleh client sudah selesai, maka client  harus membayar 70% sisanya baru produk saya berikan ke client. Jika client tidak dapat melakukan pembayaran tepat saat produk selesai dibuat, maka tiap harinya client akan dikenakan biaya tambahan sebesar 1% per harinya.

    Sebagai penutup, menurut saya bisnis dan peluang usaha yang saya lakukan saat ini memiliki prospek yang bagus, karena dari hasilnya pun menjanjikan. Kedepannya saya ingin apa yang saya lakukan ini bisa berkembang dengan pesat tidak hanya dari sektor jasa tetapi saya ingin memiliki produk sendiri yang dapat dijual ke masyarakat Indonesia sehingga bisa membantu masyarakat indonesia.
            


    Sumber :
    ·             Pengalaman pribadi
    ·             Analisis dari pengalaman dan kondisi saat ini
    ·             http://www.kompasiana.com/vanessams/perkembangan-teknologi-di-indonesia_55547634b67e615e14ba545b

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Back to top!

    - Copyright Limited © 2010-2013 Some Rights Reserved - FYP-Kun Online! v4 - Didukung oleh Blogger - Didesain oleh Johanes Djogan - Disunting oleh Cmon Frozen -